Metode FIFO
Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.21) merumuskan FIFO sebagai berikut, “formula MPKP / FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
1. Sistem Periodik
Persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan dengan harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodic ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok per unit yang masuk sebelumnya.
Contoh :
Persediaan Awal Rp 2.500.000
Ditambah pembelian selama periode tersebut Rp 3.000.000
Harga pokok barang tersedia untuk dijual Rp 5.500.000
Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodic persediaan
300 unit @Rp 5.000 (terbaru tgl 24) Rp 1.500.000
200 unit @ Rp 2.000 Rp 400.000
Persediaan akhir Rp 1.900.000
HPP Rp 3.100.000
2. Sistem Perpetual
Suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus-menerus dalam kartu persediaan.
HPP dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir . Selama periode inflasi penggunaan metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang terdapat dalam persediaaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga (inventory profit/laba persediaan atau laba semu/illusory profit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar